13 Nyawa di Tengah Laut: Kisah Calon PMI yang Gagal Menyeberang
PEKANBARU – Dini hari di perairan Sinaboi, Kabupaten Rokan Hilir, langit masih gelap. Hanya cahaya lampu kapal yang sesekali berkelip di kejauhan. Di dalam lambung dua kapal motor, belasan orang duduk diam, sebagian berdesakan, menahan rasa takut. Mereka adalah calon pekerja migran, yang berharap bisa mengadu nasib di negeri jiran. Namun, perjalanan itu berakhir lebih cepat dari yang mereka bayangkan.
Tim patroli laut gabungan Bea Cukai bergerak cepat setelah menerima informasi intelijen. Malam itu, dua kapal, KM Putra Tunggal dan KM 10 Putri, dicurigai membawa muatan ilegal menuju Malaysia. Tak hanya kayu teki yang jadi buruan, tetapi juga manusia yang mencoba menyeberang tanpa dokumen resmi.
Saat diperiksa, mata petugas menangkap pemandangan tak biasa. Di balik tumpukan barang, ada 13 orang calon Pekerja Migran Indonesia (PMI). Mereka diam, sebagian menunduk. Rasa lega bercampur takut terpancar dari wajah mereka, karena perjalanan penuh risiko itu akhirnya terhenti.
“Selain ribuan batang kayu, kami juga mengamankan 13 calon PMI yang hendak diberangkatkan ke Malaysia secara ilegal,” ungkap Dedi Husni, Kepala Seksi Penyuluhan dan Layanan Informasi Bea Cukai Dumai, Rabu (3/9/2025).
Kayu-kayu ilegal itu berjumlah 6.800 batang, dimuat terpisah di dua kapal. Namun, kisah manusia di dalamnya jauh lebih dalam. Mereka adalah orang-orang yang mencari harapan, namun justru hampir terjerat dalam jalur gelap perdagangan tenaga kerja.
Kondisi laut yang bergelombang tinggi membuat pemeriksaan dilakukan setelah kapal digiring ke Dermaga Dumai. Di sana, 13 calon PMI akhirnya bisa bernapas lega, meski kepastian nasib mereka masih menunggu proses hukum.
Sementara itu, dua nakhoda kapal, Hendri (KM Putra Tunggal) dan Sudirman (KM 10 Putri), ditetapkan sebagai tersangka. Keduanya kini ditahan di Rutan Kelas II B Dumai.
Dedi menegaskan, operasi ini adalah wujud komitmen Bea Cukai menjaga perbatasan negara. “Kami akan terus memperkuat pengawasan, bukan hanya untuk mencegah kerugian negara, tetapi juga untuk melindungi masyarakat dari bahaya perdagangan ilegal,” ujarnya.
Malam yang mencekam di Sinaboi itu meninggalkan jejak berbeda. Ribuan batang kayu gagal menyeberang, dan 13 nyawa terselamatkan dari perjalanan yang bisa saja membawa mereka pada ketidakpastian dan bahaya di negeri orang. (sam)